Kesadaran
akan pentingnya untuk menjaga bumi yang lebih sehat demi kelangsungan generasi
di masa mendatang mendorong pelaku industri menciptakan dan mempergunakan
teknologi baru dengan memaksimalkan penggunaan sumber daya alam yang baru dan terbaharukan,
seperti teknologi listrik yang dihasilkan oleh tenaga angin, panas bumi, dan
sumber daya air tenaga surya ataupun bahan bakar bio. Sebuah perubahan dramatis
yang akan disiapkan oleh Negara-negara dunia untuk menciptakan sumber energi
yang ramah lingkungan. Berikut Uniknya.com menghimpun 5 Teknologi ramah
lingkungan untuk masa depan:
1. Meningkatkan Sistem
Panas Bumi (Enhanced Geothermal Systems / EGS)
Tujuan dari sistem ini adalah memanfaatkan
panas alami yang dihasilkan oleh bumi untuk menghasilkan sumber listrik.
Panas yang berasal dari dalam bumi dihasilkan dari reaksi keseluruhan
unsur-unsur radioaktif seperti uranium dan potassium. Reaksi nuklir yang sama
saat ini masih terjadi di matahari dan bintang-bintang yang tersebar di jagad
raya. Reaksi ini menghasilkan panas hingga jutaan derajat celcius. Permukaan
bumi pada awal terbentuknya juga memiliki panas yang dahsyat. Namun setelah
melewati masa milyaran tahun, temperatur bumi terus menurun dan saat ini
sisa-sisa reaksi nuklir tersebut hanya terdapat dibagian inti bumi saja. Pada
kedalaman 10.000 meter atau 33.000 kaki, energi panas yang dihasilkan bisa
mencapai 50.000 kali dari jumlah energi seluruh cadangan minyak bumi dan gas
alam yang masih tersimpan di dunia. Inilah yang menjadi sumber energi panas
bumi.
Keberhasilan di proyek EGS seperti di Cooper
Basin di Australia, di mana mereka mencapai tiga setengah kapasitas
aliran setelah pengeboran ke 250 ° C hingga empat kilometer di
bawah tanah. EGS adalah beban dasar sumber daya, yang mampu untuk menghasilkan
tenaga listrik 24 jam sehari. Mengandalkan Sistem panas bumi ini juga sangat
ekonomis untuk mendirikan sebuah pengoperasian EGS daripada mendirikan pabrik
pembakaran batubara listrik baru.
2. Nanosolar (Energi
listrik tenaga surya)
Energi listrik tenaga surya selalu menjadi
salah satu sumber energi terbaik, karena dalam pengoperasiannya tidak
melepaskan gas gas berbahaya ke udara. Namun biaya produksi dan
operasionalnya secara historis cukup tinggi, tetapi lebih intensif dalam menghasilkan
energi listrik. Nanosolar berhasil mengurangi biaya produksi dari $ 3 per watt
sampai 30 sen per watt selama pembuatan sel PowerSheet mereka. Panel surya
ini dapat memaksimalkan transfer sinar matahari menjadi listrik. Dan harus
ditempatkan dimana langsung kontak dengan cahaya matahari tanpa terhalangi oleh
benda atau obyek. Perusahaan Nanosolar ini secara ambisius akan memproduksi
massal energi surya dengan biaya yang efisien di pabrik mereka di San
Jose. yang diharapkan akan menghasilkan tenaga sebanyak 430 megawatt per tahun,
atau empat kali produksi gabungan dari semua perusahaan yang ada, yang berbasis
tenaga surya.
3. Mencegah dan
Mengendalikan Emisi CO2 (Carbon Capture & Storage / CCS)
Berbagai cara ditempuh untuk mencegah dan
mengendalikan emisi CO2. Mencegah emisi CO2 jelas lebih murah tetapi
lebih sulit. Bagaimana mungkin menghentikan pengeboran migas (bahan bakar
fosil), menghentikan industri baja, semen, LNG serta menghentikan transportasi.
Karena itu sejak tahun 1980-an negara-negara maju seperti Amerika Serikat,
Inggris, Perancis dan Norwegia berjibaku mencari jalan mengendalikan emisi CO2
agar tidak dilepas ke atmosfer. Cara untuk menangani Emisi CO2 adalah dengan
cara memanfaatkan teknologi dengan memisahkan Emisi CO2 dan kemudian
menguburnya jauh di bawah tanah.
Jepang merupakan salah satu negara terbaru
yang menerapkan teknologi CCS. Pada tahun 2009 dialokasikan 3,3 miliar yen ( 35
juta dollar AS) untuk proyek tersebut dan pada Maret 2010 mulai menyimpan CO2
100,000 ton per tahun. Sebuah organisasi penelitian pemanasan global Jepang,
Research Institute of Innovative Technology for the Earth memperkirakan
150 miliar ton CO2 dapat disimpan bawah tanah di Jepang dan di sekitar wilayah
pesisir dalam laut. Bagaimana penerapan teknologi carbon capture
storage (CCS)
di Indonesia? Agaknya masih jauh, karena belum ada negara berkembang yang
mengembangkan risetnya. Apalagi mengaplikasikannya. Hal tersebut disebabkan
biayanya yang mahal dan jauh dari komersial.
4. Tenaga Nuklir
Pembangkit Listrik Tenaga Nuklir (PLTN)
adalah stasiun pembangkit listrik thermal di mana panas yang dihasilkan
diperoleh dari satu atau lebih reaktor nuklir pembangkit listrik. Satu gram
U-235 setara dengan 2650 batu bara, membuat sumber tenaga ini memberikan
efisiensinya yang sangat tinggi. Semakin efisiensi sebuah proses, semakin
banyak keuntungan (baik finansial maupun teknologi) yang didapat. Banyak Negara
– Negara di dunia menggunakan PLTN.
Selain dari efisiensinya Tenaga nuklir
lebih ramah lingkungan. Batu bara, minyak bumi, dan gas alam dapat berperan
sebagai bahan bakar untuk mendidihkan air, tapi semuanya adalah penghasil
polusi udara. Nuklir tidak memberikan polusi udara, kecuali limbah radioaktif
yang dapat dikelola dengan teknik tersendiri. Teknologi PLTN juga jauh
lebih canggih daripada pembangkit listrik lainnya. Prinsip dalam teknik adalah
semakin canggih, semakin aman.
5. Jaringan Cerdas (Smart
Grids)
Smart grid merupakan sistem
ketenagalistrikan generasi baru yang dicirikan oleh meningkatnya penggunaan
komunikasi dan teknologi informasi dalam pembangkitan, distribusi dan konsumsi
energi listrik. Ini merupakan sumber energi kelistrikan dengan konsep
terintegrasi dan mengurangi ketergantungan terhadap sumber daya alam yang tidak
dapat diperbaharui. Beberapa sumber energi potensial yang dapat digunakan dalam
pengembangan konsep ini adalah panas matahari dan panas bumi.
Menurut laporan Badan Energi Internasional ,
antara tahun 2003 hingga tahun 2030 dari seluruh dunia akan menghabiskan dana
lebih dari 16 triliun dollar untuk mengembangkan dan menginstal smart
grid.
Tujuan utama smart grid adalah untuk mengatasi
masalah umum sistem jaringan listrik saat ini. Smart grid akan membuat
pendistribusian dan penggunaan energi yang lebih efisien dan hemat biaya.
Sedangkan di Indonesia Smart
Grid
sedang dikembangkan. Untuk menyuplai kebutuhan listrik dalam negeri memiliki
tingkat kerumitan tersendiri. Pasalnya letak geografis dengan jumlah pulau yang
mencapai 13.487 baru 67% yang sudah mendapatkan saluran listrik. Banyak negara
maju yang sudah menerapkan smart gridmenuju masyarakat smart
electrification.
Seperti di Australia, Korea Selatan dan Norwegia.(**)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar