BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR
BELAKANG
Islam diturunkan sebagai rahmatan lil ‘alamin. Untuk
itu, maka diutuslah Rasulullah SAW untuk memperbaiki manusia melalui
pendidikan. Pendidikanlah yang mengantarkan manusia pada derajat yang tinggi,
yaitu orang-orang yang berilmu. Ilmu yang dipandu dengan keimanan inilah yang
mampu melanjutkan warisan berharga berupa ketaqwaan kepada Allah SWT. Dengan
pendidikan yang baik, tentu akhlak manusia pun juga akan lebih baik. Tapi
kenyataan dalam hidup ini, banyak orang yang menggunakan akal dan
kepintaraannya untuk maksiat. Banyak orang yang pintar dan berpendidikan justru
akhlaknya lebih buruk dibanding dengan orang yang tak pernah sekolah. Hal itu
terjadi karena ketidakseimbangannya ilmu dunia dan akhirat.
Ilmu pengetahuan dunia rasanya kurang kalau belum dilengkapi
dengan ilmu agama atau akhirat. Orang yang berpengetahuan luas tapi tidak
tersentuh ilmu agama sama sekali, maka dia akan sangat mudah terkena bujuk rayu
syaitan untuk merusak bumi, bahkan merusak sesama manusia dengan berbagai
tindak kejahatan. Disinilah alasan mengapa ilmu agama sangat penting dan
hendaknya diajarkan sejak kecil. Kalau bisa, ilmu agama ini lebih dulu
diajarkan kepada anak sebelum anak tersebut menerima ilmu dunia. Kebodohan
adalah salah satu faktor yang menghalangi masuknya cahaya Islam. Oleh karena
itu, manusia membutuhkan terapi agar menjadi makhluk yang mulia dan dimuliakan
oleh Al
B. RUMUSAN
MASALAH
1.
Hadist-hadist
menuntut ilmu
2.
Hadist mengenai
keistimewaan dan keutamaan menuntut ilmu
3.
Hukum dari
menuntut ilmu
C. TUJUAN
1.
Memahami isi
kandungan hadist-hadist menuntut ilmu
2.
Mengetahui
hadist –hadist tentang keistimewaan dan keutamaan menuntut ilmu
3.
Mengetahui
hukum dari menuntut ilmu
BAB II
PEMBAHASAN
عن ابي الد
ردا ء قال سمعت ر سو ل الله صلى الله عليه و سلم يقو ل من سلك طريق يلتمس فيه علما
سهل الله له طريق الى الجنة و ان الملا ئكة لتضع اجنحتها رضا لطالب العلم و
ان طا لب العلم يستغفر له من فى السما ء و الارض حتى الحيتا ن في الما ء و
ان فضل العا لم على العا بد كفضل القمر على سا ئر الكوا كب ان العلماء هم و رثة
الا نبياء ان الانبيا ء لم يوارثودينا را ولا درهما انما و رثوالعلم فمن اخده اخد
بحظ وافر ( رواه احمد والترمدى و ابوداود وابن مجه )
Hadits 1
Dari Abi Darda dia berkata :”Aku mendengar Rasulullah
saw bersabda” : “Barang siapa yang menempuh suatu jalan dalam rangka mencari
ilmu maka Allah akan memudahkan baginya jalan menuju surga, dan sesungguhnya
para malaikat membentangkan sayapnya karena ridla (rela) terhadap orang yang
mencari ilmu. Dan sesungguhnya orang yang mencali ilmu akan memintakan bagi
mereka siapa-siapa yang ada di langit dan di bumi bahkan ikan-ikan yang ada di
air. Dan sesungguhnya keutamaan orang yang berilmu atas orang yang ahli ibadah
seperti keutamaan (cahaya) bulan purnama atas seluruh cahaya bintang.
Sesungguhnya para ulama itu adalah pewaris para Nabi, sesugguhnya para Nabi
tidak mewariskan dinar dan dirham, akan tetapi mereka mewariskan ilmu, maka
barang siapa yang mengambil bagian untuk mencari ilmu, maka dia sudah mengambil
bagian yang besar (H.R.Ahmad, Tirmidzi, Abu Dawud, dan Ibnu Majjah).[2]
Hadits 2
عن انس بن ما
لك قال قا ل رسو ل الله صلى الله عليه وسلم من خرج في طلب العلم كا ن في سبيلا ل
الله حتى يرجع ( رواه التر مدى )
Dari Anas bin Malik berkata, telah bersabda Rasulullah
saw : “barangsiapa keluar (pergi) untuk mencari ilmu maka ia berada di jalan
Allah sehingga kembali (HR.Tirmidzi).[3]
Hadits 3
قا ل النبي
صلى الله عليه وسلم كن عا لما او متعلما او مستمعا او محبا ولا تكن خا مسا فتهلك (
روا ه بيهقي )
Telah bersabda Rasulullah saw : “Jadilah engkau orang
yang berilmu (pandai), atau orang yang belajar, atau orang yang mau
mendengarkan ilmu, atau orang yang menyukai ilmu. Dan janganlah engkau menjadi
orang yang kelima maka kamu akan celaka (HR.Baehaqi)[4]
Untuk memperoleh kesuksesan atau kebahagian baik di dunia maupun di akhirat
bahkan keduaduanya harus mempergunakan alat, alat untuk mencapai kesuksesan itu
adalah ilmu. Ilmu ibarat cahaya yang mampu menerangi jalan seseorang untuk
mewujudkan segala cita-citanya, sementara kebodohan akan membawa seseorang
kepada kemadlaratan atau kesengsaraan yang membelenggu hidupnya.
Dalam hadits yang pertama Rasulullah
saw menjelaskan :
1) Allah akan
memberikan berbagai kemudahan kepada para pencari ilmu, seperti kemudahan
bergaul, kemudahan mendapatkan pekerjaan,
termasuk kemudahan untuk menuju surga.
2) Para
malaikat akan memberikan perlindungan kepada para pencari ilmu dengan cara
meletakkan sayapnya sebagai bukti kerelaan mereka terhadap apa yang dilakukan
oleh para pencari ilmu.
3) Aktivitas
pencarian ilmu adalah aktivitas yang sangat mulia, sehingga kepada para pencari
ilmu semua makhluk Allah baik yang ada di langit maupun di bumi bahkan
ikan-ikan yang ada di dalam air akan memberikan berbagai bantuan, mereka semua
ikut mendoakan agar orang yang mencari ilmu selalu mendapatkan ampunan dari
Allah SWT.
4) Allah
memberikan keuatamaan kepada para pencari ilmu melebihi keutamaan yang
diberikan kepada para ahli ibadah, ibarat cahaya bulan purnama yang mampu
mengalahkan cahaya seluruh bintang.
5) Para ulama
(orang yang berilmu dan selalu menjadi pencari ilmu) adalah pewaris para Nabi,
merekalah yang akan meneruskan para nabi dalam menegakan kebenaran dan
memerangi kezaliman dengan menyebarkan ilmu yang diterimanya dari nabi kepada
orang-orang yang ada di sekitarnya. Semua nabi tidaklah mewariskan harta benda
untuk umatnya melainkan mewariskan ilmu untuk kemaslahatan ummatnya. Oleh
karena itu siapapun yang berusaha menuntut ilmu dan berhasil menguasainya, maka
dia telah berhasil mendapatkan bagian yang sangat besar sebagai modal untuk
menghadap Allah swt.
Dalam hadits yang kedua Rasulullah
menegaskan bahwa menuntut ilmu itu dinilai sebagai berjuang di jalan Allah,
sehingga barang siapa yang mencari ilmu dengan sungguh-sungguh dia akan
mendapatkan pahala yang berlipat ganda bahkan bila sesorang meninggal dunia
saat mencari ilmu dia akan mendapatkan surganya Allah karena dinilai sama
dengan mati syahid.
Sementara dalam Hadits ketiga Rasulullah menganjurkan agar umat
Islam (kaum muslimin) mau menjadi orang yang :
1) Berilmu
(pandai), sehingga dengan ilmu yang dimiliki seorang muslim bisa mengajarkan
ilmu yang dimilikinya kepada orang-orang yang ada disekitarnya. Dan dengan
demikian kebodohan yang ada dilingkungannya bisa terkikis habis dan berubah menjadi
masyarakat yang beradab dan memiliki wawasan yang luas.
2) Jika tidak
bisa menjadi orang pandai yang mengajarkan ilmunya kepada umat manusia, jadilah
sebagai orang yang mau belajar dari lingkungan sekitar dan dari orang orang
pandai
3) Jika tidak
bisa menjadi orang yang belajar, jadilah sebagai orang yang mau mendengarkan
ilmu pengetahuan. Setidaknya jika kita mau mendengarkan ilmu pengetahun kita
bisa mengambil hikmah dari apa yang kita dengar.
4) Jika menjadi
pendengar juga masih tidak bisa, maka jadilah sebagai orang yang menyukai ilmu
pengetahun, diantaranya dengan cara membantu dan memuliaka orang-orang yang
berilmu, memfasilitasi aktivitas keilmuan seperti menyediakan tempat untuk
pelaksanaan pengajian dan lain-lain.
5) Janganlah
menjadi orang yang kelima, yaitu yang tidak berilmu, tidak belajar, tidak mau
mendengar, dan tidak menyukai ilmu. Jika diantara kita memilih yang kelima ini
akan menjadi orang yang celaka.
B. Hadist
tentang keistimewaan dan keutamaan menuntut ilmu
Ilmu merupakan sebuah hal yang sangat berharga bagi setiap orang. Demikian juga
halnya dalam agama yang mulia ini, ilmu memiliki kedudukan yang amat tinggi,
dalam Al Qur’an Allah Subhanahu wa Ta’ala,
يَرْفَعِ اللَّهُ الَّذِينَ آَمَنُوا مِنْكُمْ
وَالَّذِينَ أُوتُوا الْعِلْمَ دَرَجَاتٍ
Artinya :
“Niscaya Allah akan meninggikan orang-orang yang beriman diantara kamu dan
dan orang-orang yang diberi pengetahuan beberapa derajat.” (QS.Al-Mujadilah :
11)[6]
Menurut penafsir terkenal M.Quraish Shihab, yang dimaksud dengan yang diberi
ilmu pengetahuan adalah mereka yang beriman dan menghiasi diri dengan mereka
dengan pengetahuan[7].
Dari pengertian tersebut diartikan bahwa kaum beriman dibagi menjadi 2 kelompok
besar, yang pertama sekedar beriman dan beramal shalih, dan yang kedua beriman
dan beramal shaleh dan memiliki pengetahuan. Maka dari golongan kedua
itulah yang mempunyai derajat lebih tinggi, Karena tidak hanya beriman dan beramal
shaleh tetapi juga memiliki ilmu pengetahuan yang disandangnya.
Dalam hal
ini dijelaskan pula dalam hadist mengenai keistimewaan yang akan didapatkan
oleh orang yang menuntut ilmu, diantaranya adalah :
من سلك
طريق يلتمس فيه علما سهل الله له طريق الى الجنة(رواه مسلم )
Abu Hurairah ra. Berkata bahwa rasulullah saw bersabda : “Barang siapa yang
menempuh suatu jalan untuk menuntut ilmu pengetahuan, maka Allah akan
memudahkan baginya jalan itu ke surga.”HR.Muslim[8]
Hadist ini menjelaskan mengenai keistimewaan bagi orang-orang yang menuntut
ilmu pengetahuan. Dengan memiliki ilmu pengetahuan, maka kita bisa mengetahui
tentang perkembangan ilmu maupun teknologi sesuai dengan perkembangan zaman.
Dalam hal ini Allah akan memudahkan jalan menuju ke surga bagi orang-orang yang
berilmu, akan tetapi dengan syarat orang yang berilmu itu juga mau beriman
kepada Allah.
Allah juga memberikan keistimewaaan bagi orang yang berilmu yang mau
mengamalkan ilmunya kepada orang lain, maka orang tersebut akan diberi pahala
sebanyak pahala orang-orang yang telah diajari olehnya. Sebagaimana telah
disebutkan dalam hadist di bawah ini :
عَنْ أَبِي
هُرَيْرَةَ أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ مَنْ
دَعَا إِلَى هُدًى كَانَ لَهُ مِنْ الْأَجْرِ مِثْلُ أُجُورِ مَنْ تَبِعَهُ لَا
يَنْقُصُ ذَلِكَ مِنْ أُجُورِهِمْ شَيْئًا وَمَنْ دَعَا إِلَى ضَلَالَةٍ كَانَ
عَلَيْهِ مِنْ الْإِثْمِ مِثْلُ آثَامِ مَنْ تَبِعَهُ لَا يَنْقُصُ ذَلِكَ مِنْ
آثَامِهِمْ شَيْئًا (روا ه مسلم )
Abu Hurairah ra. Berkata bahwa Rasulullah saw bersabda
:”Barangsiapa yang mengajak orang kepada suatu jalan yang baik, maka ia
mendapat pahala sebanyak pahala pengikutnya dengan tiada mengurangi sedikitpun
dari pahala mereka sendiri. Sebaliknya, barang siapa mengajak kepada kesesatan,
maka ia akan mendapat dosa sebanyak yang diperoleh orang-orang yang
mengikutinya tanpa mengurangi dosa mereka sedikitpun."HR. Muslim.[9]
Mengenai belajar dan mengajar, Mu’adz bin Jabal mengatakan : “Pelajarilah ilmu,
sebab mencari ilmu karena Allah adalah kebaikan, menuntunnya adalah ibadah,
mempelajarinya adalah tasbih, mengkajinya adalah jihad, mengajarkannya adalah
sedekah dan membelanjakan hartanya kepada ahlinya adalah kedekatakan (qurbah).
Ia adalah teman yang menghibur dalam kesendirian, sahabat dalam kesepian,
petunjuk dalam suka dan duka, pembantu di sisi sahabat karib, teman di sisi
kawan dan penerang jalan surga. Dengannya allah menjadikan seorang pemimpin. Ilmu
adalah pemimpin dan pengamalan adalah pengikutnya. Ilmu di ilhamkan kepada
orang-orang yang berbahagia dan diharamkan bagi orang yang celaka.[10]
Dari segi
akal, jelaslah bahwa ilmu itu sesuatu yang utama, karena dengan ilmu manusia
sampai kepada Allah SWT dan menjadi dekat dengan-Nya. Ia pun memperoleh
kebahagiaan abadi dan kenikmatan yang kekal. Ilmu menimbulkan kemuliaan di
dunia dan di akhirat. Dunia adalah tanaman akhirat, maka orang alim dengan
ilmunya menanam bagi dirinya kebahagiaan abadi dengan mendidik akhlaknya dengan
tuntutan ilmu. Barangkali pula dengan pengajaran ia menanamkan kebahagiaan abadi,
karena ia mendidik akhlak orang lain dan menyeru mereka kepada perbuatan yang
yang mendekatkan mereka kepada Allah Ta’ala.[11]
Dijelaskan dalam al qur’an surah An Nahl ayat 125:
ٱدۡعُ إِلَىٰ سَبِيلِ رَبِّكَ بِٱلۡحِكۡمَةِ
وَٱلۡمَوۡعِظَةِ ٱلۡحَسَنَةِۖ وَجَـٰدِلۡهُم بِٱلَّتِى هِىَ أَحۡسَنُۚ إِنَّ
رَبَّكَ هُوَ أَعۡلَمُ بِمَن ضَلَّ عَن سَبِيلِهِۦۖ وَهُوَ أَعۡلَمُ
بِٱلۡمُهۡتَدِينَ (١٢٥)
Artinya:
“Serulah(manusia) kepada Tuhanmu dengan hikmah dan
pelajaran yang baik, dan bantahlah mereka dengan cara yang lebih baik”.(QS. An
Nahl: 125)[12]
Menurut
tafsir Al-Jalaalayn “Serulah (manusia, wahai Muhammad) ke jalan
RabbMu(agamanya) dengan hikmah (Al’qur’an) dan nasihat yang baik dan debatlah
mereka dengan debat yang baik ( debat yang menyeru manusia kepada Allah dengan
Al-Qur’an). Sesungguhnya Tuhan-mu yang maha mengetahui semuanya.[13]
C. Hukum
Menuntut Ilmu
Apabila kita memperhatikan isi Al-Quran dan Al-Hadist,
maka terdapatlah beberapa suruhan yang mewajibkan bagi setiap muslim baik
laki-laki maupun perempuan, untuk menuntut ilmu, agar mereka tergolong menjadi
umat yang cerdas, jauh dari kabut kejahilan dan kebodohan. Menuntut ilmu
artinya berusaha menghasilkan segala ilmu, baik dengan jalan menanya, melihat
atau mendengar.[14]
Perintah kewajiban menuntut ilmu terdapat dalam Hadist Nabi Muhammad saw
:
مٍطَلَبُ الْعِلْمِ فَرِيْضَةٌ عَلَى كُلِّ
مُسْلِمٍ
( رواه ابن مجه و بيهقي و ابن عبدا لب رو ابن ادي من انس بن ما لك
)
“Menuntut ilmu itu diwajibkan bagi setiap orang Islam”
(Riwayat Ibnu Majah, Al-Baihaqi, Ibnu Abdil Barr, dan Ibnu Adi, dari Anas bin Malik)[15]
(Riwayat Ibnu Majah, Al-Baihaqi, Ibnu Abdil Barr, dan Ibnu Adi, dari Anas bin Malik)[15]
Akan tetapi Hukum wajib menuntut ilmu itu adakalanya wajib 'ain dan
adakalnya wajib kifayah. Ilmu yang hukumnya wajib kifayah ialah ilmu-ilmu yang
hanya menjadi pelengkap, misalnya ilmu tafsir, ilmu hadist dan sebagainya. Ilmu
yang hukumnya wajib 'ain ialah ilmu yang mempelajari tentang shalat,
puasa, zakat dan haji.
Dari hadist ini kita memperoleh pengertian, bahwa Islam mewajibkan
pemeluknya agar menjadi orang yang berilmu, berpengetahuan, mengetahui segala
kemashlahatan dan jalan kemanfaatan; mengetahui hakikat alam, dapat meninjau
dan menganalisa segala pengalaman yang didapati oleh umat pada zaman nabi, baik
yang berhubungan dangan 'aqaid dan ibadat, baik yang berhubungan dengan
soal-soal keduniaan dan segala kebutuhan hidup. Nabi Muhammad saw.
bersabda:
من ارا د
الدنيا فعليه بالعلم ومن ارا د الا خرة فعليه با لعلم ومن اراد هما فعليه
بالعلم ( روا ه البخا رى و مسلم )
Artinya :
"Barang siapa menginginkan soal-soal yang
berhubungan dengan dunia, wajiblah ia memiliki ilmunya ; dan barang siapa yang
ingin (selamat dan berbahagia) diakhirat, wajiblah ia mengetahui ilmunya pula;
dan barangsiapa yang meginginkan kedua-duanya, wajiblah ia memiliki ilmu
kedua-duanya pula". (HR.Bukhari dan Muslim)[16]
Dalam islam juga dijelaskan, bahwasanya salah satu hal
yang tidak akan terputus ketika kita sudah meninggal dunia adalah memiliki ilmu
yang bermanafaat. Oleh karena itu dalam islam mewajibkan umat muslim untuk
mencari ilmu.
Dari Abu Hurairah ra. Bahwa Rasulullah Saw bersabda:
ادا ما ت ابن
ا د م انقطع عمله الا من ثلا ث : صد قة جا رية او علم ينتفع به او ولد صا لح يد عو
له ( روا ه مسلم )
Apabila anak Adam telah meninggal dunia, maka putuslah
segala (pahala) amal perbuatannya, kecuali pahala dari tiga hal: sedekah
jariah, ilmu yang bermanfaat, atau anak shaleh yang mendoakan. (HR.Muslim)[17]
Dijelaskan pula dalam hadist, sebagai berikut ;
(الطبرانى) تَعَلَّمُوْا الْعِلْمَ وَتَعَلَّمُوْا لِلْعِلْمِ السَّكِيْنَةَ وِالْوَقَارَ وَتَوَاضَعُوْا لِمَنْ تَعَلَّمُوْنَ مِنْهُ
“Tuntutlah ilmu dan belajarlah (untuk ilmu) ketenangan dan kehormatan diri,
dan bersikaplah rendah hati kepada orang yang mengajar kamu.” (HR. Al-Thabrani)[18]
Maksud dari hadist di atas adalah kita disuruh untuk
mencari ilmu dengan sikap yang baik dan sopan terhadap orang yang mengajar
kita. Agar ilmu yang kita dapatkan akan mudah dimengerti dan bisa bermanfaat.
BAB III PENUTUP
Demikian makalah hadist tentang ilmu pengetahuan yang telah saya buat, semoga
dapat bermanfaat bagi kita semua.
A. Kesimpulan
Islam mewajibkan kita menuntut ilmu-ilmu dunia yang memberi manfaat dan berguna
untuk menuntut kita dalam hal-hal yang berhubungan dengan kehidupan kita di dunia,
agar tiap-tiap muslim jangan picik ; dan agar setiap muslim dapat mengikuti perkembangan
ilmu pengetahuan yang dapat membawa kemajuan bagi penghuni dunia ini dalam
batas-batas yang diridhai Allah swt. Rasulullah Saw., bersabda:
لَبُ الْعِلْمِ فَرِيْضَةٌ عَلَى
كُلِّ مُسْلِمٍمٍطَ
“Menuntut ilmu itu diwajibkan bagi setiap orang Islam” (Riwayat Ibnu Majah, Al-Baihaqi, Ibnu Abdil Barr, dan Ibnu Adi, dari Anas bin Malik)
B. Saran
Bagi para pembaca diharapkan dapat memanfaatkan makalah yang telah saya
buat ini dengan sebaik mungkin.
[6] PROF.R.H.A. Soenarjo S.H, Al-Qur’an
dan Terjemahnya juz 1-30: PT Kumodasmoro Grafindo Semarang,
1994.
[7] M.Quraisy Shihab, Tafsir Al
misbah; pesan, kesan dan keserasian Al-Qur’an vol 14, hal 79, Lentera Hati
:Jakarta,2002.
[8] Abu Fajar
Alqalami dan Abd Wahid Albanjari, Terjemah Riyadushalihin, hal
166, Gitamedia Press, Jakarta:2004
[9] Abu Fajar
Alqalami dan Abd Wahid Albanjari, Terjemah Riyadushalihin, hal
167, Gitamedia Press, Jakarta:2004
[12] PROF.R.H.A.
Soenarjo S.H, Al-Qur’an dan Terjemahnya juz 1-30: PT Kumodasmoro
Grafindo Semarang, 1994.
[13] Muhammad bin
Ahmad Al Mahalli dan Abdurrahman bin Abi Bakr As Suyuthi, Tafsir
Jalalain Li Imamaini Al Jalilaini,
Darus Salam, Riyadh, KSA
[14] Hadisaputra
ihsan, Anjuran untuk Menuntut Ilmu Pengetahuan Pendidikan dan Pengalamannya,
Surabaya: 1981
[16] Hadisaputra
ihsan, Anjuran untuk Menuntut Ilmu Pengetahuan Pendidikan dan Pengalamannya,
Surabaya: 1981
[17] M.Afwan
Chafidh dan A. Ma’ruf Asrori, Tradisi Islami Panduan
prosesi-perkawinan-kematian hal 82, khalista , Surabaya: 2009
trimakasih telah berbagi ilmu.. semoga alloh membalas kebaikan anda
BalasHapus